Jumat, 04 Maret 2011

Contoh Proposal Kegiatan Seminar


A.    Latar Belakang
Problema anak lahir dari ketidakpahaman kita sebagai orangtua. Sering orangtua melihat anaknya diam, dan sekali ramah, kurang hangat, atau tidak nyaman. Sekiranya kita berempati dan dapat menghayati dinamika kehidupan psikisnya, kita akan menyesal karena telah memperlakukan anak secara tidak benar. Semua orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri namun sayangnya tidak semua keinginan bisa terwujud.
Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat.
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami hal tersebut.  Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatansehingga akan berdampak kepada dirinya sendiri karena lebih banyak persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya. Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Jika kaji lebih dalam banyak alas an yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa.
Peranan lembaga pendidikan untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing.

selengkapnya silahkan download alamat di bawah ini

Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan


A.    Dasar pemikiran Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan.
Bila kita berbicara mengenai filsafat, maka kita membicarakan studi yang memperlajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Feti Fatimah dan Noverius Laoli sependapat akan hal bahwa filsafat adalah ilmu yang paling tua dan mempunyai objek yang luas dan umum. Oleh karena itu, filsafat disebut sebagai “ induk “ atau “ ibu “ dari ilmu pengetahuan ( mater of scientiarum ). Bilamana kita telusuri mengapa dan bagaimana ilmu filsafat menjadi ilmu yang paling tertua, maka akan kita temukan bahwa filsafat pada mulanya timbul karena manusia merasa kagum dan heran. Pada tahap awalnya kekaguman dan keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena permasalahan manusia menjadi lebih kompleks, maka manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai permasalahannya dengan perenungan untuk mencari kebenaran. Literatur tentang filsafat sebagai induk dari segala ilmu ini dapat ditarik pada masa keemasan Yunani kuno, dimana kondisi masyarakat tidak banyak bergejolak dan kebutuhan dasar setiap orang terpenuhi. Dalam masyarakat seperti ini orang mulai bertanya-tanya mengenai hahikat dirinya. Disinilah manusia mulai mengenal filsafat, yaitu sebagai sebuah proses perenungan untuk mencari kebenaran dimana manusia keluar dari kesempitan berfikir dan berani berfikir secara universal dan menyeluruh.
Lebih lanjut mengenai awal dari manusia berfilsafat, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Dari sanalah filsafat muncul dan mengakomodasi kedua-duanya.  Filsafat juga dianalogikan sebagai “ pohon ilmu ” dimana setiap cabang-cabangnya melahirkan cabang ilmu pengetahuan yang baru.
Sebagai induk dari ilmu pengetahuan, antara filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya mempunyai hubungan timbal balik. Bagi filsafat, ilmu pengetahuan  dapat menyediakan sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafat sekaligus sebagai landasan pengetahuan ilmiah agar pembahasaannya bersifat rasional, mendalam, runtut, dan tidak menimbulkan kesalahan. Sebaliknya bagi ilmu pengetahuan, filsafat secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu untuk memperoleh objektivitas dan validitasnya. Berikut merupakan bagan untuk mengetahui lebih jelas tentang perkembangan filsafat samapai akhirnya dijadikan sebagai induk ilmu pengetahuan.



Implikasi Karakteristik Peserta Didik Terhadap Pendidikan


IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. 

Fase Perkembangan Kognitif Usia Dewasa dan Tua


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA DEWASA DAN TUA
Perkembangan kognitif diusia dewasa dan orang tua ini banyak menimbulkan polemik di kalangan masyarakat. Apakah kemampuan kognitif usia dewasa dan tua seperti memori, kreatifitas, intelegensi, kemampuan belajar pararel dengan penurunan kemampuan fisik? Pada umumnya orang percaya bahwa perkembangan kognitif ada penurunan seiring dengan menurunnya kemampuan fisik. Tapi belakang ini sejumlah hasil penelitian menunjukan bahwa kepercayaan tersebut hanyalah merupakan stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
1.    Perkembangan Pemikiran Postformal
Sesuai dengan tahap perkembangan Piaget, pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal  (tahap kemampuan berfikir secara abstrak dan hipotesa. Tipe pemikiran ini dimulai sekitar uisa 11 tahun tetapi tidak berkembang secara penuh sampai berakhir usia remaja. Karena itu Piaget percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa meiliki cara berpikir yang sama. Akan tetapi, para pengkritik Piaget menunjukan bahwa kesimpulan Piaget tersebut tidak dapat direapkan pada kebudayan-kebudayaan lain, sebab ditemukan banyak anak remaja ternyata tidak menggunakan pemikiran operasional. Bahkan sejumlah ahli perkembangan percaya baru pada masa dewasalah individu menata pemikiran operasional formal mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesa tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. Ketika sejumlah orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali.
Pandangan lain tentang perubahan kognitif pada orang dewasa dikemukakan oleh K. Warner Schie, dia percaya bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam pemerolehan informasi (imformation processing) yang baru. Ada keraguan bahwa orang dewasa melampaui  pemikiran ilmiah yang merupakan cirri dari pemikiran operasional formal, dalam upaya memperoleh pengetahuan.. Meskipun demikian orang dewasa lebih maju dari remaja dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang telah diketahuinya untuk mencapai jenjang karir dan membentuk keluarga.
Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa tersebut yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemorosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.
2.    Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Tetapi, apakah asumsi tersebut benar ? Sejumlah bukti menunjukkan  bahwa peurunan memori bukanlah suatu yang sudah pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, tetapi lebih merupakan streotip budaya. Hal ini dibuktikan oleh hasil studi lintas budaya yang dilakukan oleh B.L. Levy dan E. Langer (1994) terhadap orang tua di Cina dan di Amerika. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa orang tua dalam kultur yang memberikan penghargaan tinggi terhadap orang tua, seperti kultur Cina daratan, kecil kemungkinan mengalami kemerosotan memori dibanding dengan orang tua yang hidup dalam kultur yang mengira bahwa kemunduran memori adalah sesuatu yang mungkin terjadi.

Fase Perkembangan Kognitif Usia Remaja


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA REMAJA
Masa remaja merupakan periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Hal ini karena selama periode ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem syaraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran syaraf prontal lobe (belahan otak bagian depan samapai pada belahan atau celah sntral). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan. Perkembangan prontal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberikan suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran  social yang baru. Di samping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami pemikirannya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya.Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri. Kemudian, dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topic-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan. Kalau pada awal anak-anak (ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik) Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi.
PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT TEORI PIAGET.
Dilihat dari perspektif teori Piaget, maka pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasiona formal (formal operational thought), yakni suatu tahap perkembangan kognitif  yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat  berpikir secara abstrak dan hipotesis. Pada masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Di samping itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan yang tiba-tiba mogok misalnya, bagi anak yang berada pada tahap kongkrit operasional segera mengambil kesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghub ungkan sebab akibat dalam satu rangkaian saja. Lain halnya dengan remaja, ia bisa memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil tersebut mogok, seperti kemungkinan businya mati, mungkin platinanya atau kemungkinan-kemungkinan lain yang memberikan dasar bagi pemikirannya.


Fase Perkembangan Usia Anak


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA ANAK-ANAK
Usia anak-anak merupakan usia sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak akan bertambah luas. Dengan luasnya minat maka akan bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi lebih kuat, sehingg anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
1.        Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget.
a.       Menurut Piaget pemikiran anak-anak usia sekolah dasar  disebut pemikiran operasional kongkrit (concrete operational). Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi kongkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau kongkrit dapat diukur.
Pada tahap ini anak  sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti 5 x 6= 30; 30:6=5. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari  pancaindra, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedkan apa yang Nampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan diantara yang bersifat sementara dengan yang bersifat menetap.
b.      Negasi (negation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada mulanya keadannya sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi titik sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi diantaranya. Tetapi, pada masa kongkrit operasional anak memahami proses apa yng terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keuanya. Pada deretan benda-benda anak bisa (melalui kegiatan mentalya) mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi sehingga bisa menjawab bahwa sejumlah benda-benda adlah tetap sama.
c.       Resiprokasi (hubungan timbal balik). Ketika anak melihat bagaimana deretan benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal balik antara pandng dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka  anak tahu pula bahwa sejumlah bend-benda yang ad pada kedua deretan itu sama.
d.      Identitas. Anak pada masa kongkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-dertan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya kan tetap sama.

Fase Perkembangan Kognitif Usia Kanak-kanak


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA KANAK-KANAK
Sehubungan dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan mengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Imajinasi anak-nak pra sekolah terus bekerja dan daya serap mentalny tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, objek atau benda dan situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang telah dipelajari selama mas bayi.
1.        Perkembangan kognitif menurut teori Piaget. 
Menurut Piaget periode perkembangan kognitif tahap ini terjadi pada diri anak ketika berumur 2 sampai dengan 7 tahun. Tahap ini disebut dengan tahap pra-operasional (praoperational stage). Kata ‘pra’ dalam istilah praoperasional, menunjukan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan kepada keterbatasan pemikiran anak. Istilah ‘operasional’ meununjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran operasional, sekalipun label “pra-operasional” menekankan bahwa anak pada tahap ini belum berpikir secara operasional.
Perkembangan kognitif dari anak-anak ini juga ditunjukkan dengan serangkaian pertanyaan yang diajukannya, yang tidak jarang orang tua mersa kebingungan untuk menjawabnya. Hal tersebut memberikan petunjuk akan perkembangan mental anak dan mencerminkan keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat anak-anak akan penalaran.