Jumat, 04 Maret 2011

Contoh Proposal Kegiatan Seminar


A.    Latar Belakang
Problema anak lahir dari ketidakpahaman kita sebagai orangtua. Sering orangtua melihat anaknya diam, dan sekali ramah, kurang hangat, atau tidak nyaman. Sekiranya kita berempati dan dapat menghayati dinamika kehidupan psikisnya, kita akan menyesal karena telah memperlakukan anak secara tidak benar. Semua orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri namun sayangnya tidak semua keinginan bisa terwujud.
Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat.
Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami hal tersebut.  Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatansehingga akan berdampak kepada dirinya sendiri karena lebih banyak persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya. Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Jika kaji lebih dalam banyak alas an yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa.
Peranan lembaga pendidikan untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing.

selengkapnya silahkan download alamat di bawah ini

Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan


A.    Dasar pemikiran Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan.
Bila kita berbicara mengenai filsafat, maka kita membicarakan studi yang memperlajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Feti Fatimah dan Noverius Laoli sependapat akan hal bahwa filsafat adalah ilmu yang paling tua dan mempunyai objek yang luas dan umum. Oleh karena itu, filsafat disebut sebagai “ induk “ atau “ ibu “ dari ilmu pengetahuan ( mater of scientiarum ). Bilamana kita telusuri mengapa dan bagaimana ilmu filsafat menjadi ilmu yang paling tertua, maka akan kita temukan bahwa filsafat pada mulanya timbul karena manusia merasa kagum dan heran. Pada tahap awalnya kekaguman dan keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena permasalahan manusia menjadi lebih kompleks, maka manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai permasalahannya dengan perenungan untuk mencari kebenaran. Literatur tentang filsafat sebagai induk dari segala ilmu ini dapat ditarik pada masa keemasan Yunani kuno, dimana kondisi masyarakat tidak banyak bergejolak dan kebutuhan dasar setiap orang terpenuhi. Dalam masyarakat seperti ini orang mulai bertanya-tanya mengenai hahikat dirinya. Disinilah manusia mulai mengenal filsafat, yaitu sebagai sebuah proses perenungan untuk mencari kebenaran dimana manusia keluar dari kesempitan berfikir dan berani berfikir secara universal dan menyeluruh.
Lebih lanjut mengenai awal dari manusia berfilsafat, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu. Dari sanalah filsafat muncul dan mengakomodasi kedua-duanya.  Filsafat juga dianalogikan sebagai “ pohon ilmu ” dimana setiap cabang-cabangnya melahirkan cabang ilmu pengetahuan yang baru.
Sebagai induk dari ilmu pengetahuan, antara filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya mempunyai hubungan timbal balik. Bagi filsafat, ilmu pengetahuan  dapat menyediakan sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafat sekaligus sebagai landasan pengetahuan ilmiah agar pembahasaannya bersifat rasional, mendalam, runtut, dan tidak menimbulkan kesalahan. Sebaliknya bagi ilmu pengetahuan, filsafat secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu untuk memperoleh objektivitas dan validitasnya. Berikut merupakan bagan untuk mengetahui lebih jelas tentang perkembangan filsafat samapai akhirnya dijadikan sebagai induk ilmu pengetahuan.



Implikasi Karakteristik Peserta Didik Terhadap Pendidikan


IMPLIKASI KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. 

Fase Perkembangan Kognitif Usia Dewasa dan Tua


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA DEWASA DAN TUA
Perkembangan kognitif diusia dewasa dan orang tua ini banyak menimbulkan polemik di kalangan masyarakat. Apakah kemampuan kognitif usia dewasa dan tua seperti memori, kreatifitas, intelegensi, kemampuan belajar pararel dengan penurunan kemampuan fisik? Pada umumnya orang percaya bahwa perkembangan kognitif ada penurunan seiring dengan menurunnya kemampuan fisik. Tapi belakang ini sejumlah hasil penelitian menunjukan bahwa kepercayaan tersebut hanyalah merupakan stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
1.    Perkembangan Pemikiran Postformal
Sesuai dengan tahap perkembangan Piaget, pemikiran remaja berada pada tahap operasional formal  (tahap kemampuan berfikir secara abstrak dan hipotesa. Tipe pemikiran ini dimulai sekitar uisa 11 tahun tetapi tidak berkembang secara penuh sampai berakhir usia remaja. Karena itu Piaget percaya bahwa seorang remaja dan seorang dewasa meiliki cara berpikir yang sama. Akan tetapi, para pengkritik Piaget menunjukan bahwa kesimpulan Piaget tersebut tidak dapat direapkan pada kebudayan-kebudayaan lain, sebab ditemukan banyak anak remaja ternyata tidak menggunakan pemikiran operasional. Bahkan sejumlah ahli perkembangan percaya baru pada masa dewasalah individu menata pemikiran operasional formal mereka. Mereka mungkin merencanakan dan membuat hipotesa tentang masalah-masalah seperti remaja, tetapi mereka menjadi sistematis ketika mendekati masalah sebagai orang dewasa. Ketika sejumlah orang dewasa lebih mampu menyusun hipotesis daripada remaja dan menurunkan suatu pemecahan masalah dari suatu permasalahan, banyak orang dewasa yang tidak menggunakan pemikiran operasional formal sama sekali.
Pandangan lain tentang perubahan kognitif pada orang dewasa dikemukakan oleh K. Warner Schie, dia percaya bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget menggambarkan peningkatan efisiensi dalam pemerolehan informasi (imformation processing) yang baru. Ada keraguan bahwa orang dewasa melampaui  pemikiran ilmiah yang merupakan cirri dari pemikiran operasional formal, dalam upaya memperoleh pengetahuan.. Meskipun demikian orang dewasa lebih maju dari remaja dalam penggunaan intelektualitas. Pada masa dewasa awal misalnya, orang biasanya berubah dari mencari pengetahuan menuju menerapkan pengetahuan, yakni menerapkan apa yang telah diketahuinya untuk mencapai jenjang karir dan membentuk keluarga.
Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa tersebut yang mengarah pada peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemorosotan seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli percaya bahwa kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan.
2.    Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia tua adalah penurunan dalam daya ingat. Tetapi, apakah asumsi tersebut benar ? Sejumlah bukti menunjukkan  bahwa peurunan memori bukanlah suatu yang sudah pasti terjadi sebagai bagian dari proses penuaan, tetapi lebih merupakan streotip budaya. Hal ini dibuktikan oleh hasil studi lintas budaya yang dilakukan oleh B.L. Levy dan E. Langer (1994) terhadap orang tua di Cina dan di Amerika. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa orang tua dalam kultur yang memberikan penghargaan tinggi terhadap orang tua, seperti kultur Cina daratan, kecil kemungkinan mengalami kemerosotan memori dibanding dengan orang tua yang hidup dalam kultur yang mengira bahwa kemunduran memori adalah sesuatu yang mungkin terjadi.

Fase Perkembangan Kognitif Usia Remaja


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA REMAJA
Masa remaja merupakan periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya. Hal ini karena selama periode ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem syaraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran syaraf prontal lobe (belahan otak bagian depan samapai pada belahan atau celah sntral). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan. Perkembangan prontal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberikan suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran  social yang baru. Di samping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami pemikirannya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya.Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri. Kemudian, dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topic-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan. Kalau pada awal anak-anak (ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik) Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi.
PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT TEORI PIAGET.
Dilihat dari perspektif teori Piaget, maka pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasiona formal (formal operational thought), yakni suatu tahap perkembangan kognitif  yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat  berpikir secara abstrak dan hipotesis. Pada masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak. Di samping itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan yang tiba-tiba mogok misalnya, bagi anak yang berada pada tahap kongkrit operasional segera mengambil kesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghub ungkan sebab akibat dalam satu rangkaian saja. Lain halnya dengan remaja, ia bisa memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil tersebut mogok, seperti kemungkinan businya mati, mungkin platinanya atau kemungkinan-kemungkinan lain yang memberikan dasar bagi pemikirannya.


Fase Perkembangan Usia Anak


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA ANAK-ANAK
Usia anak-anak merupakan usia sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak akan bertambah luas. Dengan luasnya minat maka akan bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak berkembang kearah berpikir kongkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi lebih kuat, sehingg anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.
1.        Perkembangan Kognitif Menurut Teori Piaget.
a.       Menurut Piaget pemikiran anak-anak usia sekolah dasar  disebut pemikiran operasional kongkrit (concrete operational). Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi kongkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau kongkrit dapat diukur.
Pada tahap ini anak  sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti 5 x 6= 30; 30:6=5. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari  pancaindra, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedkan apa yang Nampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya, dan diantara yang bersifat sementara dengan yang bersifat menetap.
b.      Negasi (negation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada mulanya keadannya sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi titik sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi diantaranya. Tetapi, pada masa kongkrit operasional anak memahami proses apa yng terjadi di antara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keuanya. Pada deretan benda-benda anak bisa (melalui kegiatan mentalya) mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi sehingga bisa menjawab bahwa sejumlah benda-benda adlah tetap sama.
c.       Resiprokasi (hubungan timbal balik). Ketika anak melihat bagaimana deretan benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal balik antara pandng dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka  anak tahu pula bahwa sejumlah bend-benda yang ad pada kedua deretan itu sama.
d.      Identitas. Anak pada masa kongkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-dertan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya kan tetap sama.

Fase Perkembangan Kognitif Usia Kanak-kanak


FASE PERKEMBANGAN KOGNITIF USIA KANAK-KANAK
Sehubungan dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan mengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif. Imajinasi anak-nak pra sekolah terus bekerja dan daya serap mentalny tentang dunia makin meningkat. Peningkatan pengertian anak tentang orang, objek atau benda dan situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang telah dipelajari selama mas bayi.
1.        Perkembangan kognitif menurut teori Piaget. 
Menurut Piaget periode perkembangan kognitif tahap ini terjadi pada diri anak ketika berumur 2 sampai dengan 7 tahun. Tahap ini disebut dengan tahap pra-operasional (praoperational stage). Kata ‘pra’ dalam istilah praoperasional, menunjukan bahwa pada tahap ini teori Piaget difokuskan kepada keterbatasan pemikiran anak. Istilah ‘operasional’ meununjukkan pada aktivitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran operasional, sekalipun label “pra-operasional” menekankan bahwa anak pada tahap ini belum berpikir secara operasional.
Perkembangan kognitif dari anak-anak ini juga ditunjukkan dengan serangkaian pertanyaan yang diajukannya, yang tidak jarang orang tua mersa kebingungan untuk menjawabnya. Hal tersebut memberikan petunjuk akan perkembangan mental anak dan mencerminkan keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat anak-anak akan penalaran.


Ciri-ciri Perkembangan Fisik


A.      Ciri Perkembangan Fisik Anak Pra-sekolah
Suntrock, (1995: 145) mengklasifikasikan pola perkembangan menjadi dua jenis, yaitu cephalocaudal dan proximodistal. Pola cephalocaudal (cephalocaudal pattern) ialah urutan pertumbuhan dimana pertumbuhan terbesar selalu dimulai dari atas (kepala) dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik mencakup yang besar, berat, serta perkembangan organ tubuh lainnya secara berangsur-angsur dari atas ke bawah (ke leher, bahu, batang tubuh tengah, dan lain-lain).
Beberapa aspek pertumbuhan fisik yang terjadi selama masa bayi sebagai berikut.
1.    Tinggi dan berat badan
Pada saat dilahirkan panjang rata-rata bayi adalah 20 inci atau 50 cm degan berat 3,4 kg. di bandingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa, panjang bayi lebih dekat daripada beratnya: panjang bayi yang 20 inci menunjukan lebih dari satu perempat tinggi orang dewasa 3,4 kg beratnya menunjukan hanya sebagian kecil dari berat badan prang dewasa Seifert& Hoffnung (Desmita, 2008: 92).
2.    Perkembangan reflex
Refleks mengatur gerakan-gerakan bayi yang baru lahir (Suntrock, 1995: 143). Lebih luas (Desmita, 2008: 92) mengemukakan bahwa refleks adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan idak terkoordinir sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta member bayi respon penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Suntrock (1995: 143) menyebutkan jenis refleks yang dimiliki oleh bayi adalah sebagai berikut;
Refleks menghisap (sucking reflex), Refleks mencari (rooting reflex), Refleks moro (moro reflex), Refleks menggenggam (grasping reflex


Ciri-ciri perkembangan Sosial dan Emosi


CIRI-CIRI PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSI PADA PERIODE ANAK PRASEKOLAH, ANAK SEKOLAH, REMAJA DAN DEWASA
PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock  1988:250).
Pengertian Perkembangan Emosi
Canon Bard
Menyatakan bahwa situasi menimbulkan rangkaian proses pada syaraf.  Suatu situasi yang saling mempengaruhi antara thalamus ( pusat penghubung antara bagian bawah otak dengan susunan syaraf pusat, dan alat keseimbangan atau cerebellum dengan cerebral cortex  ( bagian otak yang terletak di dekat permukaan sebelah dalam dari tulang tengkorak, suatu bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya seperti berpikir ).
1.     Ciri-Ciri Perkembangan Sosial-Emosi Pada Periode Anak Pra Sekolah
(2-6 Tahun)
a.    Perkembangan Sosial
*      Pada periode anak pra sekolah, anak belajar untuk melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya.
*      Anak usia prasekolah mulai mengembangkan pola perilaku sosial dan perilaku tidak sosial
2.    Ciri-Ciri Perkembangan Sosial-Emosi Pada Periode Anak Pra Sekolah
(2-6 Tahun)


Kasus Perkembangan Anak


CONTOH KASUS PERKEMBANGAN ANAK

Beberapa contoh kasus perkembangan belajar pada perioda anak sekolah yang dapat dikembangkan dari strategi belajar Multiple Intelligences.
     Banyak stategi-strategi mengajar yang dapat diterapkan oleh para pendidik khususnya para guru mata pelajaran untuk meningkatkan proses pembelajaran di sekolah dasar, sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan potensi dan bakatnya. Seperti yang kita ketahui anak memiliki karakteristik yang berbeda hal tersebut merupakan tantangan bagi para guru untuk dapat memahami karaktersitik setiap anak berbeda-beda. Salah satunya dapat menggunakan strategi multple intelligensces (MI). Konsep MI yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat dideteksi sedari awal, otomastis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak.
     Sebuah pertanyaan bagi kita semua, mengapa masih banyak terjadi kegagalan dalam proses belajar? Banyak murid yang mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan.
     Pada dasarnya gaya mengajar adalah strategi transfer informasi yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Sedangkan gaya belajar adalah bagaimana sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswa. Gaya belajar disini diartikan dengan cara dan pola bagimana sebuah informasi dapat dengan baik dan sukses diterima oleh otak seseorang. Kemudian, setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari hasil Multiple Intelligence Research. Yang selanjutnya terjadi adalah quantum. Setiap guru akan masuk ke dunia siswa sehingga siswa merasa nyaman dan tidak berhadapan dengan resiko kegagalan dalam proses belajar. Inilah yang dimaksud asas utama quantum learning (gaya mengajar guru = gaya belajar siswa).

Belajar Pada Anak


1.  Mengenali perkembangan belajar anak masa sekolah
            Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.
A.  Keterampilan Kognitif  Anak Sekolah
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek  peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a.       Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b.      Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
c.       Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
B.  Keterampilan Motorik
Dalam teori perkembangan anak, keteampilan motorik berkoordinasi dengan otak. Jadi, amat mempengaruhi kemampuan kognitif.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a)      Anak Usia 5 Tahun
-       Mampu melompat dan menari
-       Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
-       Dapat menghitung jari- jarinya
-       Mendengar dan mengulang hal- hal penting dan mampu bercerita
-       Mempunyai minat terhadap kata- kata baru beserta artinya
-       Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
-       Mampu membedakan besar dan kecil
b)      Anak Usia 6 Tahun
-          Ketangkasan meningkat
-          Melompat tali
-          Bermain sepeda
-          Mengetahui kanan dan kiri
-          Keterampilan menulis sudah lebih baik dan mampu menguraikan objek-objek dengan gambar- gambar
c)       Anak Usia 7 Tahun
-          Mulai membaca dengan lancar
-          Cemas terhadap kegagalan
-          Peningkatan minat pada bidang spiritual
-          Kadang Malu atau sedih
d)     Anak Usia 8 – 9 Tahun
-          Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
-          Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
-          Ketrampilan lebih individual
-          Mencari teman secara aktif.
e). Anak Usia 10 – 12 Tahun
-          Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh  yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak  
-          Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian sendiri , dll.
-          Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain
-          Mulai tertarik dengan lawan jenis. 


Pendekatan Humanistik dalam Belajar


PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM BELAJAR
1.     Prinsip Dasar Teori Psikologi Humanistik
a.    Memahami manusia sebagai suatu totalitas
b.    Metode yang digunakan adalah life history
c.    Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup.
d.    Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement.
2.     Pandangan humanistik banyak diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling.
a.    Aliran Teori Humanistik
1). Afektif
*      Pengenalan
*      Merespon
*      Penghargaan
*      Pengorganisasian
*      Pengalaman
2). Kognitif
*      Pengetahuan
*      Pemahaman
*      Aplikasi
*      Analisis
*      Sintesis
*      Evaluasi
3). Psikomotor
*      Peniruan
*      Penggunaan
*      Ketetapan
*      Perangkaian
                        Naturalisasi


selengkapnya download alamat di bawah ini

http://www.ziddu.com/download/14047607/PENDEKATANHUMANISTIKDALAMBELAJAR.docx.html 

Kode Etik dan Isu Konselor


KODE ETIK DAN ISU-ISU ETIK UNTUK KONSELOR SEKOLAH
A. Pentingnya Kode Etik
Etika merupakan kaidah-kaidah atau norma-norma yang diberlakukan dalam suatu organisasi atau asosiasi. Etika  merupakan kebutuhan bagi organisasi dan para anggota yang ada didalamnya. Anggota yang berada dalam organisasi tersebut akan leluasa melakukan kinerjanya karena dilindungi oleh kerangkan etik yang diberlakukan. Etika dapat dipengaruhi oleh budaya pada suatu lingkungan tertentu, serta dapat dipengaruhi oleh visi dan misi organisasi tersebut.Kode etik merupakan seperangkat aturan atau kaidah – kaidah, nilai-nilai yang mengatur segala perilaku (tindakan dan perbuatan serta perkataan) suatu profesi atau organisasi bagi para anggotanya.
Kode etik profesi merupakan salah satu aspek standarisasi profesi BK sebagai kesepakatan profesional mengenai rujukan etika perilaku. Pekerjaan bimbingan dan konseling tidak bisa lepas dari nilai-nilai yang berlaku. Atas dasar nilai yang dianut oleh pembimbing/konselor dan terbimbing/klien, maka kegiatan layanan bimbingan dapat berlangsung dengan arah yang jelas dan atas keputusan-keputusan yang berlandaskan nilai-nilai. Para pembimbing/konselor seyogianya berfikir dan bertindak atas dasar nilai-nilai, etika pribadi dan profesional, dan prosedur yang legal. Dalam hubungan inilah para pembimbing/konselor seharusnya memahami dasar-dasar kode etik bimbingan dan konseling.
Etika merupakan pembuatan keputusan tentang moral manusia dan interaksinya dalam masyarakat. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosopis yang berkenaan dengan perilaku manusia dan pembuatan keputusan moral. Suatu profesi memerlukan kode etik untuk mengatur pola-pola tindakan para pemangku jabatan profesi itu. Kode etik profesional merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Pola tatanan itu seharusnya diikuti dan ditaati oleh setiap orang yang menjalankan profesi tersebut. Kode etik profesional diperlukan dengan beberapa alasan antara lain:
(1)          Untuk melindungi profesi sesuai dengan ketentuan dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kode etik ini akan memberikan kemungkinan profesi dapat mengatur dirinya sendiri dan melaksanakan fungsinya secara otomatis dalam kendali perundang-undangan yang berlaku.
(2)          Untuk mengontrol terjadinya ketidak-sepahaman dan persengketaan dari para pelaksana. Dengan demikian kode etik dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan eksternal profesi.
(3)          Melindungi para praktisi dalam masyarakat terutama dalam kaitan kasus-kasus malapraktek (praktek-praktek yang salah). Bila kegiatan praktek sesuai dengan garis-garis etika, maka perilaku praktek dapat dianggap memenuhi standar.
(4)          Melindungi klien dari praktek-praktek yang menyimpang dari orang-orang yang secara profesional tidak berwenang.
Meskipun kode etik itu dijadikan sebagai pedoman atau standar pelaksanaan kegiatan profesi, namun kode etik ini masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :

1.         Bebarapa isu tidak dapat diselesaikan dengan kode etik,
2.         Ada beberapa kesulitan dalam menerapkan kode etik,
3.         Kadang-kadang timbul konflik dalam lingkup kode etik,
4.         Ada beberapa isu legal dan etika yang tidak dapat tergarap oleh kode etik,
5.         Ada beberapa hal yang dapat diterima dalam waktu atau tempat tertentu, mungkin tidak cocok dalamwaktu atau tempat lain,
6.         Kadang-kadang ada konflik antara kode etik dengan ketentuan hukum,
7.         Kode etik sulit untuk menjangkau lintas budaya,
8.         Kode etik sulit untuk menembus berbagai situasi.
Dengan memperhatikan pengertian dan keterbatasan di atas, pekerjaan bimbingan dan konseling memerlukan adanya kode etik profesional agar layanan bimbingan dapat terlaksana secara pforesional. Kode etik profesional sebagai perangkat standar berperilaku, dikembangkan atas dasar kesepakatan nilai-nilai dan moral dalam profesi itu. Dengan demikian kode etik bimbingan dan konseling dikembangkan atas dasar nilai dan moral yang menjadi landasan bagi terlaksananya profesi bimbingan dan konseling. Di Indonesia, Pancasila telah diakui sebagai landasan nilai dan moral dasar bagi perilaku bangsa Indonesia. Hal itu berarti   seluruh kegiatan profesi bimbingan dan konseling di  Indonesia seharusnya bersumber dari nilai dan moral Pancasila. Nilai-nilai ini kemudian dijabarkan secara khusus dalam konsep dan kegiatan layanan bimbingan dan konseling dalam berbagai tatanan.
B. Asosiasi / Oraganisasi Profesi
Di negara Amerikan memiliki beberapa organisasi yang menyangkut profesi konselor antara lain : American Counseling Association (ACA), American School Counselor Association (ASCA), dan   National Board for Certified Counselors (NBCC).

selengkapnya download alamat di bawah ini

  http://www.ziddu.com/download/14047577/KODEETIKDANISU-ISUETIKUNTUKKONSELORSEKOLAH.doc.html

Etika dan Hukum dalam Konseling


ETIKA DAN HUKUM
BAGI SISWA, ORANG TUA DAN KONSELOR SEKOLAH
            Pada dasarnya konselor sekolah dalam melaksanakan pola layanan bantuannya terhadap siswa harus berdasarkan pada kewajiban utama yaitu siswa sebagai subjek yang harus dilayani. Konselor harus memiliki kewajiban dalam melindungi hak-hak mereka, tanpa mengenyampingkan hak-hak orang tua. Orang tua harus dilibatkan dalam proses pemberian bantuan terhadap siswa.
Kondisi Etik dan hukum untuk siswa, orang tua dan konselor
1. Hak dan tanggung jawab anak dibawah umur
Anak dibawah umur secara undang-undang berada pada posisi yang harus dilindung. Anak dibawah umur memiliki kisaran kuantitatif dibahawa umur 18 tahun. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa pada usia dibawah 18 tahun secara undang undang perburuhan pun yaitu ILO (International Labour Organization) belum memiliki hak untuk bekerja, sehingga jika ada perusahaan yang memperkerjakan anak dibawah umur akan terkema hukum pelanggaran terhadap hak anak.Bagaimana halnya jika anak diusia tersebut mengalami pelanggaran hukum, atau mereka terkena kondisi yang mengangap orang tersebut harus dikucilkan apakan mereka (siswa) tersebut harus dikeluarkan?. Permasalahn pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak dibawah umur pasi akan terjadi disetiap negara. Pemasalahannya apakah ada peraturannya atau perundang-undangannya jika anak di bawah umur harus dikeluarkan dari pendidikan formal jika anak tersebut melakukan pelanggaran hukum. Negara Amerika yang memiliki beberapa negara bagian, tentu setiap negara bagian memiliki peraturan dan perundang-undangan sendiri terhadap perlindungan anak dibawah umur. Hal ini akan berdampak pada standar kerja konselor disetiap negara bagian tersebut. Konselor sudah otomatis harus mengetahui peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, sehingga konselor harus memahami hak dan kewajiban anak dibawah umur. Jika perlakukan terhadap hak anak dilanggar oleh konselor, maka konselor akan mendapatkan komplain dari oang tua atau penegak hukum. Hal hal yang menyangkut kondisi anak harus dipegang teguh oleh konselor, serta bagaimana jika hak anak dilanggar oleh konselor sehingga hal-hal yang andang perlu untuk disampaikan kepada oang tuannya.  Disatu sisi bahwa hak siswa informasinya harus dipegang teguh oleh konselor, dilain pihak pola bantuan yang diberikan untuk siswa tentu memerlukan kerjasan dengan orang tua.Untuk menjembatani mengenaui hal tersebut diatas ASCA (The American School Counselor Association) mengeluarkan kode etik dan standar praktek bagi konselor profesional disekolah (1998). Kondisi tersebut sebagai upaya untuk mepatenkan praktek profesional yang gunanya untuk melindungi siswa, orang tua, dan konselor itu sendiri sehingga tidak terjebak pada kesalahan pelanggaran hukum.
2. Hak Orang Tua
ASCA telah memberikan standar praktek bagi konselor profesional orang tua dan siswa yang tujuannya untuk melindungi hak-hak mereka. Orang tua memiliki hak untuk melakan akses denga anaknya sekalipun kondisi orang tua ada dalam pengendalian hukum (Penjara). Orang tua baik yang utuh atau yang telah bercerai memiliki hak untuk melakukan kerjasam bagi anaknya. Beberapa contoh kasus, yang mengindikasikan sekalipun ibunya dalam penjara orang tua dari siswa tersebut berhak memiliki akses dengan anaknya, baik itu berupa informasi cacatan hasil pendidikan anaknya atau status perkembangan anaknya.
3.    Standar Etika bagi Konselor

Konseling Perorangan


PERENCANAAN
PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING

                                                          (PPBK)



A.      Judul/Spesifikasi Layanan                    :  Sikap sehari-hari dikelas
B.       Bidang Bimbingan                               :  Pribadi
C.       Jenis Layanan                                       :  Konseling Perorangan
D.      Kelas / Semester / Tahun                      :  Kelas X1  / Genap / 2007/2008
E.       Alokasi Waktu                                      :  1 x 45 menit
F.        Fungsi Layanan                                    :  Perbaikan / Pengentasan
G.      Tujuan Layanan                                    :
     Setelah layanan ini diberikan, siswa diharapkan dapat      :          
1.      Menghilangkan sikap untuk bercanda dan jahil dikelas yang berlebihan
2.     Lebih konsentrasi belajar
H. Tugas Perkembangan                             :
      Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi
 I.  Sasaran Layanan                                         : Andi (nama samaran)
J.  Kegiatan Layanan                                   :
          1)        Pendekatan                                      : Keterampilan proses
          2)        Metode                                            : Diskusi, Wawancara dan Tanya jawab.
          3)        Langkah-langkah kegiatan              :